Dialog JABAR 2025“Green Environment for Smart Future”

APIK Jawa Barat telah sukses menyelenggarakan webinar bertema “Green Environment for Smart Future” pada 23 Oktober via zoom meeting, yang diikuti oleh 80 peserta dari berbagai kalangan, antara lain instansi Pemerintah, akademisi, mahasiswa, dan praktisi lingkungan.

Kegiatan ini bertujuan: 1). Mengedukasi peserta mengenai konsep dan implementasi green environment dalam berbagai sektor, 2). mendorong kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan masa depan dan berkelanjutan, 3) menjadi ruang diskusi bagi akademisi, pemerintah, dan masyarakat untuk berbagi ide dan praktik baik.

Acara dibuka oleh MC Dr. Messalina L Salampessy serta  diawali  dengan sambutan dari Ketua APIK Network yang diwakili oleh Dr Eng Hendrik, SSi, M.Si dan Koordinator Region Jawa Dr. Luh Putu Suciati. Acara pemamparan materi dan diskusi dipandu oleh ibu Anisa selaku moderator.

Webinar ini menampilkan 4 (empat) narasumber inspiratif, yaitu:

  1. Soni Trison, S.Hut., M.Si, IPU dari IPB university dengan topik Peran Penyuluhan Kehutanan dalam mewujudkan Green Environment for Smart Future, beliau menyampaikan bahwa penyuluh menjadi pendorong, agen perubahan sosial melalui komunikasi, empati dan partisipasi. Kolaborasi pentahelix untuk aksi sangat penting dan diperlukan, untuk menangani tantangan di Jawa Barat, yaitu: perubahan iklim, deforestasi, urbanisasi, teknologi digital, pemberdayaan sumber daya manusia degradasi lahan, keterbatasan penyuluh dan literasi digital. Riset di APIKI, menjadi tempat untuk transfer pengetahuan dan teknik fasilitasi, untuk meningkatkan inovasi dengan dialog dan kolaborasi. Selain itu juga diperlukan advokasi riset melalui akademisi dan policy brief. Kolaborasi menjadi kunci untuk pelaksanaan penyuluhan dan perwujudan green environment. Unduh presentasi: Peran Penyuluhan Kehutanan (1)
  2. Rudi Kresna, PhD dari BAPPERIDA Kab Bandung, dengan topik Perspektif Masyarakat terhadap Pariwisata dan Efek Penggandanya. Narasumber menyampaikan bahwa Pariwisata di Bandung telah memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan UMKM, lapangan kerja,dan efek penggandanya. Ekowisata dibangun melalui kemitraan dengan masyarakat yang dapat membuka lapangan kerja. Membangun persepsi yang baik tentang pengembangan ekowisata di masyarakat akan membantu meningkatkan partisipasi aktif dalam pengembangan wisata yang dilakukan. Pariwisata telah dapat menunjang pendanaan program sosial, bersinergi dengan dana-dana dari CSR. Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata di Bandung meliputi infrastruktur dan aksesibilitas, keterbatasan SDM, investasi, kepemilikan lahan, kurangnya sarana promosi wisata. Kerugian dapat terjadi karena adanya pungutan liar, kewirausahaan yang terbatas, kemacetan, dan masih terbatas kerjasama antar pelaku wisata, serta kompleksitas regulasi. Efek pengganda adalah masyarakat menggunakan uang untuk wisatanya, dan tentunya memberikan penghasilan bagi pelaku industry wisata. Unduh presentasi: Pembangunan Pariwisata dan Efek Penggandanya
  3. Plehariana Priatna dari Urijib Coffee Roast Jawa Barat, dengan topik Agroforestry: Budidaya tanaman Kopi di Areal perhutanan Sosial (Success Story: Wilayah Garut). Beliau menyampaikan bahwa kegiatan Perhutanan sosial dapat dilakukan dengan budidaya tanaman tertentu, salah satunya kopi. Prospek dan Penanaman kopi di Garut telah sukses dikembangkan. Beliau menyampaikan bahwa pengembangan agroforestry kopi memerlukan penanganan yang serius, yang dimulai dari pemilihan benih, Teknik penanaman, pengolahan pada masa pertumbuhan dan pengolahan pasca panen. Dengan sistem yang baik, maka kualitas kopi yang dihasilkan juga akan bagus, sehingga nilai jualnya tinggi. Narasumber merupakan pendiri Urijib Coffee Roast sebagai tempat menghasilkan kopi, tempat pelatihan, dan tempat belajar yang diikuti oleh banyak masyarakat. Sharing tentang kopi yang disampaikan menambah pengetahuan peserta bahwa pengembangan kopi memberikan peluang usaha yang menjanjikan dan sekaligus melestarikan lingkungan. Unduh presentasi: presentasi APIKI
  1. Ari Suro, dari Pembina Advisory, dengan topik Biomimicry: Solusi Bisnis dan Lingkungan menyampaikan bahwa alam memberikan banyak inspirasi dan contoh yang dapat dijadikan dasar unuk membangun sebuah teknologi, ataupun bisnis. Memberikan contoh bagaimana start up dibangun berdasarkan pola dari serangga dalam mengembangkan koloninya. Contoh lainnya, teknologi polinasi yang dilakukan oleh lebah, ditiru dan dibuatlah sebuah mesin polinasi yang sistem dan cara kerjanya seperti lebah, dengan mesin ini polinasi dapat dilakukan dengan masif dan hasilnya optimal. Kita dapat mengeksplorasi banyak biomimicry di asknature.org pada link ini: https://thinkdivebiomimicry.org/2025/08/02/how-biomimicry-can-be-used-to-address-climate-change/. beliau turut menambahkan bahwa biomimicry juga berperan dalam mengatasi climate change.

Diskusi berlangsung dinamis, menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mengembangkan green economy, sebagai langkah penting bagi pengembangan kegiatan perhutanan sosial, pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekowisata, pentingnya peran penyuluh serta pengembangan bisnis yang berbasis alam. Melalui kegiatan ini, peserta memperoleh wawasan baru dan semangat untuk berkontribusi dalam aksi nyata mewujudkan masa depan hijau yang baik di tingkat lokal maupun global.

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.