Inovasi Eco-enzyme untuk Produktivitas Lebah Kelulut dan Ekonomi Hijau
Inovasi Eco-enzyme untuk Produktivitas Lebah Kelulut dan Ekonomi Hijau: Kontribusi dari APIKI Kalimantan Selatan
Disampaikan oleh : Dr. Anang Kadarsah, S.Si.,M.Si (APIK Koreg Kalimantan)
Email : anangkadarsah@ulm.ac.id

Gambar 1. Inovasi pemanfaatan eco-enzyme dalam budidaya lebah kelulut untuk adaptasi perubahan iklim
Inovasi pemanfaatan eco-enzyme sebagai bagian dari kegiatan Jaringan APIK Indonesia (Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan Indonesia) di Kalimantan Selatan menjadi contoh nyata kolaborasi antara sains, masyarakat, dan generasi muda dalam menjawab tantangan adaptasi perubahan iklim serta penumpukan limbah organik.
Melalui kegiatan pengabdian yang dilaksanakan di Desa Padang Panjang, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, eco-enzyme dimanfaatkan tidak hanya sebagai produk bioteknologi sederhana untuk mengelola limbah organik rumah tangga, tetapi juga sebagai agen ekologis dalam mendukung budidaya lebah kelulut (Heterotrigona itama).
Aplikasi cairan hasil fermentasi ini terbukti mampu meningkatkan kebersihan sarang, menekan pertumbuhan jamur, dan membantu menjaga kelembapan mikroklimat di area budidaya, sehingga berpotensi meningkatkan kualitas madu kelulut yang berkelanjutan. Lebih dari sekadar praktik ekologis, kegiatan ini menjadi sarana pembelajaran kontekstual yang menghubungkan konsep ekonomi hijau dan inovasi bioteknologi dengan praktik lapangan yang aplikatif dan berdampak langsung pada masyarakat.

Gambar 2. Keterlibatan generasi Z dalam upaya mendukung adaptasi perubahan iklim praktik meliponikultur melalui aplikasi eco-enzyme
Keterlibatan Generasi Z (usia 20an) dalam kegiatan ini menjadi titik penting dalam transformasi menuju masyarakat ekologis berdaya saing. Dengan menggabungkan semangat kreatif anak muda, kearifan lokal, dan prinsip sirkularitas sumber daya, kegiatan eco-enzyme APIKI di Kalimantan Selatan mendorong lahirnya agen perubahan lingkungan (eco-change agents) di kalangan mahasiswa dan masyarakat desa.
Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman, keterampilan, dan kepedulian lingkungan peserta, serta tumbuhnya kesadaran baru bahwa pengelolaan limbah organik bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi bagian dari sistem ekologi yang lebih luas. Inovasi ini memperlihatkan bagaimana pendekatan bio-sosial-ekologis dapat diterapkan secara nyata dalam konteks lokal, sekaligus memberikan kontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada aspek konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (SDG 12) serta aksi terhadap perubahan iklim (SDG 13).




Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!